Asal Usul Candi Borobudur dan Sejarah Pembangunannya – Masandy.com

Total
0
Shares

Tahukah Anda Asal Usul Candi Borobudur? Candi Borobudur pertama kali dibangun oleh Raja Mataram Kuno, Raja Samaratungga dari Wangsa Syailendra sekitar awal abad ke-9. Asal Usul Candi ini merujuk pada sebuah candi Budha yang terbesar di seluruh dunia. Candi ini pertama kali ditemukan oleh Thomas Stanford Raffless, seorang letnan gubernur jendral yang menjejakkan kaki di tanah Jawa pada 1814. Saat itu candi Budha terbesar di dunia ini dalam kondisi terpendam di dalam tanah.Tentang Asal Usul Candi Borobudur dan Sejarah Pembangunannya

Berdasarkan catatan pada Prasasti Kayumwungan, pembangunan Candi Borobudur diselesaikan pada 26 Mei 824. Mengikuti catatan yang ada di dalam prasasti tersebut, masa pembangunan candi ini kurang lebih selama seratus tahun. Tinggi bangunannya 42 meter dengan luas total bangunan 15.129 meter persegi. Namun setelah dilakukan restorasi, bangunan setinggi sepuluh tingkat ini tinggal 34,5 meter atau hilang sekitar 7.5 meter.

Nama Borobudur itu sendiri merujuk kepada dua pengertian, yaitu gunung berteras-teras atau biara di tempat yang tinggi. Kedua pengertian ini menyiratkan tempat yang tinggi, yang selama itu dipergunakan sebagai tempat pemujaan.

Fakta Sejarah Candi Borobudur

Masing-masing tingkat yang ada di Candi ini, mulai dari lantai pertama hingga lantai keenam berbentuk persegi, sedangkan dari lantai ketujuh hingga ke lantai sepuluh berbentuk bulat.

Pada awalnya kawasan Candi ini adalah sebuah kawasan danau, sehingga desa-desa yang ada di sekitarnya, termasuk dua candi yang ditemukan kemudian yaitu Candi Pawon dan Candi Mendut, berada pada ketinggian yang sama yaitu sekitar 235 meter dari atas permukaan laut. Namun perubahan alam kemudian menjadikan kawasan ini menjadi daerah perbukitan.

Bukti bahwa Candi Borobudur sebagai tempat berdoa atau tempat pemujaan, menurut sejarawan Casparis, di salah satu sudut candi tersebut ada kalimat kawulan I bhumi sambhara yang artinya ’tempat suci di bhumi sambara’. Bhumi sambara ini kemudian menjadi nama salah satu sudut Candi Borobudur. Adapun 10 undakan yang terdapat pada candi ini menyiratkan tahapan-tahapan kehidupan yang dilalui manusia, sebelum mencapai puncak tertinggi sebagai tingkat kesempurnaan.

Candi Borobudur merupakan pusat semedi yang secara alami bangunan yang terletak di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang itu, dikelilingi pegunungan antara lain Gunung Merbabu, Gunung Sumbing, Gunung Sindoro, dan Gunung Merapi. Bisa dipastikan perancang candi ini ingin menjadikannya sebagai pusat kekuatan dari diri manusia di antara keperkasaan alam yaitu semedi. Candi Borobudur merupakan mahakarya para leluhur terutama wangsa Syailendra yang sangat mengagungkan dan menjunjung tinggi Budha Mahayana.

Langkah penyelamatan dimulai ketika candi ini dalam keadaan tertutup tanah ditemukan oleh Raffless pada tahun 1814. Pembuatan gambar serta pembersihan kecil-kecilan mulai dilakukan. Baru pada tahun 1907 di bawah pimpinan Van Erp penyelamatan Candi Borobudur dilakukan sehingga bisa terhindar dari kerusakan yang lebih besar lagi.

Sayangnya kerja keras Van Erp ini tidak seutuhnya bisa membuat Candi Borobudur tampak seperti aslinya. Misalnya saja bagian sisi utara dan barat laut masih terlihat miring. Namun Van Erp berpendapat kemiringan sisi barat laut dan utara tidak akan sampai merobohkan candi ini. Yang jelas, langkah ini merupakan langkah pertama menjaga Candi Borobudur dari kehancuran. Upaya pemugaran yang dilakukan Van Erp itu berlangsung sampai dengan tahun 1911.

Lima tahun kemudian Candi Borobudur dipugar kembali. Namun upaya ini tidak berlangsung mulus, terutama karena mulai pecahnya Perang Dunia II. Setelah itu tidak ada upaya penting lainnya untuk mengembalikan bangunan Candi Borobudur sehingga seperti yang bisa kita lihat sekarang ini.

Baru setelah Indonesia merdeka, tahun 1956, secara resmi pemerintah Indonesia mengajukan permohonan kepada Unesco agar bangunan bersejarah dan menjadi satu dari tujuh keajaiban dunia ini tidak punah. Seorang guru besar arkeologi dari Belgia datang ke Indonesia untuk mengadakan penelitian tentang candi ini.

Disusul kemudian pada tahun 1963, pemerintah Indonesia akan memugar candi ini dan dikukuhkan dalam sebuah surat keputusan pemerintah. Namun upaya ini tidak berlangsung mulus karena mulai pecahnya peristiwa G30S PKI. Tiga tahun kemudian Unesco menyetujui untuk mengelurkan bantuan agar Candi Borobudur bisa segera diselamatkan.

Langkah selanjutnya adalah membentuk badan pemugaran Borobudur. Pemerintah kemudian menunjuk Prof. Ir. Roosseno. Setahun kemudian dibentuk International Consultative Committee.

Unesco sendiri menyediakan anggaran sebesar 5 juta dollar Amerika dan sisanya ditanggung oleh pemerintah Indonesia. Pemugaran candi tersebut dimulai secara resmi pada 10 Agustus 1973 dan selesai pada tahun 1984 atau sebelas tahun lamanya pemugaran ini.

Tahapan Pembangunan Candi Borobudur

Apabila memperhatikan bukti-bukti fisik yang ditemukan pada saat candi ini tertimbun tanah, ada bentuk tata susun yang dibongkar. Para ahli arkeologi melihat bukti ini untuk menguatkan dugaan bahwa pada awal pembangunannya

Candi Borobudur dirancang sebagai bentuk bangunan piramida berundak. Namun entah karena pertimbangan apa yang terjadi pada saat pembangunan, kemudian bentuk piramida berundak ini dirubah sehingga menjadi seperti bentuk sekarang.

Pada tahap pembangunan candi selanjutnya, pondasi dasar candi ini diperlebar kemudian ditambah undak persegi dan undak lingkaran. Di atas pondasi ini kemudian diletakkan stupa sebagai stupa induk.

Lalu, undak tempat stupa ini dibongkar dan diganti dengan undakan baru berbentuk lingkaran setinggi tiga undak, kemudian stupa induk disimpan di tengah-tengahnya. Tahap terakhir pada pembangunan Candi Borobudur tersebut adalah proses pembuatan relief yang terletak pada tangga dan di atas pintu yang melengkung.

Dengan memperhatikan bukti fisik dan catatan di dalam prasasti, masuk akal bila pembangunan candi ini memamakan waktu seratus tahun. Apalagi material batu untuk candi ini sendiri termasuk batuan langka, begitu pula dalam proses menyusunnnya yang menggunakan perekat khusus yang ditemukan pada waktu itu.

Bila memperhatikan rentang kekuasaan Raja Samaratungga dengan waktu pembangunan Candi Borobudur ini sebelum tertimbun tanah, setidaknya candi ini telah dijadikan pusat ziarah selama 150 tahun, selanjutnya keadaan candi ini terbengkalai bahkan pada akhirnya tertimbun tanah sebelum Raffless menemukan jejaknya kembali.

Dua pulu satu tahun setelah penemuan Raffles, Gubernur Jendral Hartman kemudian melakukan pembersihan secara menyeluruh, puing-puing yang menghalangi candi disingkirkan dan lorong candi juga dibersihkan. Setelah proses pembersihan itulah keadaan Candi Borobudur mulai menunjukkan kemegahannya, sebuah bangun batu menjulang di dataran tinggi, dilingkupi pemandangan dataran rendah sebagai pagarnya.

Demikianlah tentang Candi Borobudur, peninggalan sejarah masa lalu yang menjadi satu dari tujuh keajaiban dunia. Candi Borobudur merupakan candi Budha terbesar di dunia. Tentu saja ini menyiratkan bagaimana perhatian wangsa Syailendra sebagai penganut Budha Mahayana saat itu, terhadap sebuah tempat semedi. Ini juga menyiratkan bagaimana agama Budha Mahayana menjadi agama penting dalam lintasan sejarah Indonesia sebelum masuknya agama Islam dan Kristen.

Peninggalan purbakala yang menjadi milik dunia ini, sudah sepantasnya dijaga dan dirawat dengan baik dan penuh tanggung jawab. Sehingga tidak akan melihat upaya penodaan yang tidak berarti seperti menorehkan pahatan nama di batu atau membuat tulisan dengan cat semprot.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sign Up for Our Newsletters

Get notified of the best deals on our WordPress themes.

You May Also Like

9 Makanan Khas Jakarta Yang Rekomended

Makanan Khas Jakarta – Setiap daerah memiliki berbagai keunikan masing-masing. Salah satu keunikan terdapat pada makanan yang menjadikan kekhasan dari wilayah tersebut. seperti halnya dengan kota metropolitan ini, Jakarta memiliki…
View Post