Sejarah Candi Borobudur – Candi Borobudur merupakan salah satu peninggalan sejarah yang kini menjadi tempat wisata favorit di daerah Magelang, Jawa Tengah. Dengan pesona sejarahnya dan keindahannya, Candi Borobudur tak pernah sepi pengunjung.
Baik wisatawan dari dalam maupun luar negeri gemar mengunjungi Candi Borobudur. Pasalnya, Borobudur dikenal sebagai salah satu candi atau kuil Buddha yang pernah ada di Indonesia. Selain itu, Candi Borobudur juga menyimpan banyak keindahan, mitos hingga misteri.Asal-usul Candi Borobudur Sejarah Candi Borobudur
Candi Borobudur yang tepatnya terletak di Jalan Badrawati, Kw. Candi Borobudur, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Candi yang berdiri di kota Magelang ini memiliki banyak misteri perihal asal-usulnya. Tak banyak catatan sejarah yang membuktikan siapakah gerangan yang membangun candi super megah tersebut.
Namun, berdasarkan pada aksara yang tertulis pada kaki tertutup Karmawibhangga candi dan prasasti yang ditemukan pada masa kerajaan, Candi Borobudur diperkirakan dibangun pada abad ke delapan. Sekitar tahun 750-800 Masehi pada masa pemerintahan dinasti Syailendra.
Dengan lokasinya yang berada di ketinggian perbukitan, Candi Borobudur diperkirakan dibangun dalam kurun waktu 75-100 tahun lamanya. Menurut legenda, Borobudur sendiri konon katanya diarsitekturi oleh seorang bernama Gunadharma yang masih misterius.
Telah dibangun sejak zaman kerajaan, Candi Borobudur tak lantas terkenal. Candi yang berada di Jawa Tengah itu sempat tersembunyi selama berabad-abad. Banyak yang melupakan dan hampir tak mengetahui keberadaannya karena terkubur dan menjadi sebuah bukit yang tertutup semak belukar.
Baru pada abad ke 18 tepatnya pada 1814 Masehi, Candi Borobudur tampil kembali ke permukaan. Kala itu Jawa tengah berada di bawah pemerintahan Inggris dan mengutus Seorang Gubernur-Letnan bernama Sir Thomas Stamford Raffles untuk memimpin Jawa. Raffles ternyata memiliki banyak ketertarikan pada budaya serta sejarah Jawa.
Saat melakukan inspeksi ke Semarang, pria yang lahir pada 1781 itu mendengar kabar ada monumen besar yang di dalam hutan. Raffles pun mengutus H.C .Cornelius, seorang insinyur Belanda untuk menyelidiki keberadaan monumen besar tersebut.
Dalam kurun waktu sekitar 2 bulan, Cornelius bersama ratusan anak buahnya melakukan pencarian dengan menebang pohon dan juga semak belukar yang tumbuh pada bukit dimana Candi Borobudur terkubur. Cornelius juga membersihkan tanah yang mengubur candi lantas memberikan sketsa Candi Borobudur pada Raffles.
Raffless pun mengabadikan Candi Borobudur dalam buku catatannya dan dikenal dunia sebagai penemu candi yang telah lama terkubur tersebut. Meneruskan perjuangan Raffles dan Cornelius, seorang pejabat pemerintah Hindia-Belanda, Hartmann meneruskan pengalian Candi Borobudur.
Atas usaha banyak orang, Candi Borobudur pun tergali dan bisa terlihat seluruh bagiannya pada tahun 1835 Masehi. Melihat sebuah bangunan bersejarah telah ditemukan, pemerintah Hindia-Belanda saat itu pun menugaskan seorang insinyur, F.C Wilsen untuk mempelajari Candi Borbudur.
Seiring berjalannnya banyak penelitian mengenai Candi Borobudur, banyak kolektor candi yang berkunjung untuk melihat. Namun, perhatian dunia dan kepopuleran saat itu rupanya berdampak buruk pada Candi Borobudur.
Pasalnya, Candi Borobudur menjadi sasaran para pencuri artefak yang menginginkan uang dengan menjual barang bersejarah. Para pencuri umumnya mengambil kepala arca Buddha karena mencuri seluruh badan terlalu sulit karena ukuran yang besar.
Akibat banyak insiden pencurian tersebut kepala inspektur artefak budaya saat itu pun menyarankan agar Candi Borobudur dibongkar. Lantas, memerintahkan reliefnya dipindahkan ke museum agar lebih aman dari incaran pencuri.
Namun, perintah tersebut urung terjadi, karena arkeolog yang ditunjuk pemerintah bernama Groendveldt menggelar sebuah penyelidikan menyeluruh pada situs candi. Arkeolog tersebut lantas mencetuskan saran untuk membiarkan Candi Borobudur tetap utuh dan tidak dibongkar untuk dipindahkan .Nama Candi Borobudur Sejarah Candi Borobudur
Selain perihal asal-usulnya, nama Candi Borobudur juga memiliki banyak teka-teki. Banyak teori perihal arti dan asal usul pemberian nama tersebut. Nama Borobudur pertama kali ditemukan dalam buku catatan Raffles yang berjudul Sejarah Pulau Jawa. Dalam buku tersebut, Raflles menulis sebuah monumen bernama Borobudur.
Selain dari catatan Raffles kabarnya ada dokumen lain yang lebih tua juga menuliskan nama yang sama persis. Sementara itu naskah jawa kuno yang menunjukkan petunjuk mengenai bangunan suci Buddha yang kemungkinan merupakan Candi Borbudur adalah Nagarakretagama yang dahulu ditulis oleh Mpu Prapanca di tahun 1365 Masehi.
Selain asal-usul, arti nama Borobudur pun juga diperdebatkan. Banyak yang menyatakan jika Borobudur berasal dari Bore dan Budur karena saat itu desa terdekat bernama Bore dan Budur merujuk pada Buda yang berarti purba. Itulah yang kemungkinan membuat Raffles memberi nama Borobudur pada candi temuannya tersebut.
Namun ada teori lain yang menyatakan jika arti Borobudur berasal dari kata Sambharabhudhara yang berarti gunung. Adapula teori mitologi yang menyatakan kata Borobudur berasal dari ucapan “Para Buddha” dan masih banyak lagi teori lainnya. Dari semua teori tersebut tak ada yang benar-benar terbukti kebenarannya sehingga asal-usul nama Borobudur dan artinya kini masih menjadi sebuah teka-teki.Bangunan Candi Borobudur Sejarah Candi Borobudur
Candi Borobudur merupakan candi buddha terbesar yang ditemukan di Indonesia. Bangunan Candi Borobudur terhitung sangat megah dengan stupa besar utama di tengah bangunan candi dikelilingi tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang memiliki arca buddha di dalamnya. Candi Borobudur berhias 2.672 panel relief dan terdapat 504 arca Buddha.
Secara struktur bangunan, Candi Borobudur sangatlah menarik untuk dilihat. Candi Borobudhur dibangun dengan desain dan pola yang mendeskripsikan perjalanan kehidupan manusia yang berkaitan dengan alam semesta. Dalam kepercayaan warga Buddha Mahayana perjalanan itu dibagi menjadi Kamadhatu, Rupadhatu dan Arupadhatu.1. Kamadhatu
Bagian kaki Candi Borobudur melambangkan Kamadhatu. Kamadhatu adalah saat dunia masih dikuasai kama atau nafsu rendah. Bagian kaki candi itu diduga dibuat dengan fungsi memperkkoh candi. Namun, sebuah temuan lain menunjukkan kaki tersebut tak hanya dibuat dengan asal-asalan sebagai tambahan.
Pasalnya ada 160 panel cerita Karmawibhangga yang menggambarkan hukum sebab -akibat. Pada saat ini relief tersebut tersembunyi, meski sebagian masih bisa terlihat sedikit di bagian sudut tenggara.2. Rupadhatu
Selanjutnya bagian candi yang berupa empat undak teras yang membentuk lorong keliling dan berhias relief pada dindingnya mewakili Rupadhatu. Pada tingkatan ini melambangkan alam antara. Yaitu alam diantara alam atas dan bawah.
Pada bagian ini empat lorong yang menggambarkan rupadathu memiliki 1.300 gambar relief dengan panjang 2,5 km dan 1.212 panel berukir dekoratif. Aslinya pada bagian ini ada arca Buddha berjumlah 432 di dalam stupa yang berjajar di bagian candi.
Pada tingkatan ini menggambarkan bahwa manusia telah mencapai tingkatan untuk meninggalkan segala hawa nafsu dan urusan duniawi. Hal itu terlihat dari lorong penghubung yang memiliki tingkatan satu sampai empat.3. Arupadhatu
Arupadhatu atau tingkatan paling atas candi merupakan gambaran tingkatan alam tanpa rupa. Dalam tingkatan Arupadhatu manusia sudah bebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk rupa, tapi belum mencapai nirwana. Arupadhatu digambarkan dengan adanya stupa induk dan dikelilingi oleh 3 teras lingkaran dengan jumlah 72 stupa berlubang.
Tingkatan tertinggi yang melukiskan ketiadaan wujud digambarkan dengan stupa terbesar dan tertinggi polos tanpa berlubang. Stupa utama sebenarnya dibiarkan kosong. Kekosongan stupa utama itu diduga melambangkan kebijaksanaan tertinggi, kesunyataan kesunyian dan ketiadaan sempurna.
Terlepas dari filosofi bangunan tersebut, struktur Candi Borobudur juga dibangun dengan cara unik. Candi Borobudur terdiri dari sekitar 55.000 meter kubik batu andesit. Batu itu diangkut menuju lokasi dan disatukan tanpa menggunakan semen.
Orang zaman dahulu menggunakan sistem interlock atau saling kunci antara balok-balok batu andesit sehingga bisa mengunci satu sama lain tanpa perekat. Setelah batu saling mengunci dan rampung, barulah relief indah di dinding dibuat.
Selain sistem menakjubkan tanpa semen perekat, Candi Borobudur juga dilengkapi sistem drainese yang mampu menahan curah hujan tinggi karena memiliki 100 pancuran yang terpasang di setiap sudut. Agar lebih indah, pancuran itu dibentuk dengan motif kepala raksasa atau kala dan membuat banyak orang mungkin tak memperhatikannya sebagai pancuran.Pembangunan Candi Borobudur Sejarah Candi Borobudur